wong tani

Kamis, 01 Juli 2010

Penanggulangan Hama Wereng



LAPORAN KEGIATAN IREY 1

APLIKASI INOVASI TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA WERENG TERHADAP TANAMAN PADI









Oleh :
Imam Taufik NIM 08150105060
Rizqi Yoga AP NIM 08150105072
Esha Pahlawan NIM 08150105069
Yonanta Pradua NIM 081510501150


Dosen Pembimbing
Ir.Sigit Suparjono.Ms.Phd


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2008
ULASAN SINGKAT

Penanggulangan hama wereng yang menyerang pada area persemaian benih padi yang terjadi di daerah desa Baratan kabupaten jember pada bulan juni tahun 2010. Dalam penanggulangan ini kami ber-4 menggunakan metode baru yang telah difikirkan bersama sesuai keadaan di lapangan. Sebelum melakukan aplikasi penyemprotan pada obyek yaitu persemaian padi kami menyiapkan beberapa alat antara lain: tangki semprot, pupuk urine sapi, sumo 25 ec, suburi, atasi,.cc, pro stiker, spontan400 scl. Dengan konsep awal yang telah kami rapatkan bahwa menurut kami wereng tersebut muncul pada sore hari namun yang banyak muncul yaitu pada malam hari, dengan demikian kami memutuskan untuk melakukan penyemprotan pada waktu sore hari yaitu jam 3 sore dilanjutkan pada jam 7 malam kemudian yang terahir pada jam 9 malam. Dosis yang digunakan yaitu 400ml urine sapi per 14, sumo 5cc, spontan400 scl 5 cc,suburi 10 cc,herbafarm 10 cc,pro sticker 5cc. kemudian semprotkan pada obyek, penyemprotan pertama atau sore lahan tidak digenangi sedangkan penyemprotan kedua dan ketiga yaitu pada waktu malam hari lahan harus di aliri air, hal tersebut bermanfaat untuk membantu pemberantasan wereng . berikut merupakan hasil yang kami peroleh. 85% wereng mati.


Sabtu, 05 Juni 2010

laporan

LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR INSTRUMENTASI PERALATAN PERTANIAN

Acara : Pemahaman Bentuk dan Fungsi mikroskop
Tujuan :
Untuk memahami dan mengetahui fungsi dan spesifikasi mikroskop serta penggunaanya.


Oleh :
Nama : Imam Taufik
NIM : 081510501060
Gol/Kel. : B/B
Nilai :



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di ZAman yang modern perkembangan dibidang penelitian sangat pesat, hal tersebut tentunya didukung oleh alat-alat serta teknologi yang telah tercipta, hal tersebut yang mendorong seorang peneliti untuk berusaha dalam memahami suatui karakteristik serta cara menggunakan suatu alat yang telah tercipta tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam suatu penelitian maka seorang peneliti dituntut untuk memiliki skill yang baik dalam menggunakan alat-alat laboratorium kususunya, tanpa adanya pemahaman serta p[enerapan peggunaan yang sesuai dengan prosedur penggunaan alat maka sesuatu hal yang fatal bias dimungkinkan terjadi.
Beberapa alat dalam laboratorium yang sering digunakan dalam suatui penelitian memiliki tingkat kekuatan yang berbeda antara lain ialah : ada alat yang mudah pecah dalam pemanasan dan ada pula yang tidak mudah pecah dalam pemanasan, ada alat yang memiliki skala pengukran yang besar dan ada yang memiliki skla pengukuran yang kecil, hal-hal tersebut sangatlah perlu diketahui karena berpengaruh sangat besar dalam perolehan hasil ahir suatu penelitian.
Beberapa kejadian yafatal yang sering kali terjadi dan mengakibatkan suatu penelitian kurang optimal atau bahkan gagal antara lain yaitu seorang peneliti kurang memahami karakteristik dan fungsi yang tepat akan alat yang digunakan dalam langkah kerja suatu penelitian yang dilakukan.

1.2 Tujuan
Untuk memahami dan mengetahui fungsi dan spesifikasi alat-alat gelas yang ada di Laboratorium.


BAB 2. HASIL

Peralatan gelas
Nama Fungsi Spesifik
Pipet tetes Untuk mengambil sautu larutan dalam jumlah tertentu Memiliki berbagai kegunaan hingga ketelitian mikro mili liter
Tabung reaksi Untuk mereaksikan larutan PYREX
Iwaki TE-32

Mikro pipet Untuk mengambil larutan yang sudah diketahui ukurannya SOCOREX swiss
200-1000 ml
Beaker glass Untuk menampung larutan,bukan untuk menyimpan larutan Terbuat dari glass
IWAKI
PYREX
400 ml
Labu ukur Untuk menyimpan larutan yang mudah menguap PYREZ
Iwaki glass
50 ml
Erlenmeyer Untuk menampung larutan yang perlu dikocok DURAN
50 ml

petridis Tempat tumbuh mikroorganisme
Corong ukur Untuk menyalurkan larutan agar tidak tumpah
Bunsen

Untuk memanaskan bahan kimia Memiliki beberapa bentuk tabung antaralain bulat,lonjong kotak dll

Eksikator Untuk menyimpan bahan-bahan yang
mudah menyerap air Bahan gelas bersilikat
GLASWERK WERTHEIM

Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan PYREX
Iwaki glass
100/1 ml
Penyimpan larutan Untuk menyimpan larutan yang cepat menguap Berwarna agak gelap
Universal aroometer Untuk mengukur kadar gula pada nematoda
Deg glass Sebagai penutup preparat
Untuk mengambil larutan dalam ukuran tertentu PYREX
EX 200 C
5/0.05







BAB 3. PEMBAHASAN

Pipet

Digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan. Pipet tersedia untuk berbagai jenis penggunaan dengan berbagai tingkatan akurasi dan presisi. Pipet dengan ukuran volume 1 hingga 1000 μl dinamakan mikropipet (micropipettes), sedangkan ukuran volume yang lebih besar dinamakan dengan makropipet (macropipettes).
1. Pipet ukur (measuring pipette)
Memindahkan larutan dengan berbagai ukuran volume
2. Pipet volume (volume pipette)
Memindahkan larutan dengan satu ukuran volume
3. Pipet tetes (drop pipette)
Membantu memindahkan cairan dari wadah yang satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat kecil tetes demi tetes.

Tabung reaksi

Fungsi dari tabung reaksi adalah:
Wadah mereaksikan dua atau lebih larutan / bahan kimia
Wadah pengembangan mikroba, misalnya dalam pengujian jumlah bakteri
Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
Mikropipet

Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
Cara Penggunaan :
1. Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet.
2. Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3. Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.
4. Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5. Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan masuk ke tip.
6. Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7. Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.
8. Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau

Gelas piala/gelas beker

Gelas piala merupakan wadah yang paling sederhana untuk mengaduk, mencampur dan memanaskan cairan. Terbuat dari borosilikat atau plastik.Gelas piala yang digunakan untuk bahan kimia yang bersifat korosif terbuat dari PTPE. Untuk mencegah kontaminasi atau hilangnya cairan dapat digunakan gelas arloji sebagai penutup.Gelas piala tidak dapat digunakan untuk mengukur volume
Fungsi :
a. Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi
b. Menampung zat kimia
c. Memanaskan cairan
d. Media pemanasan cairan

Labu Ukur

Labu Ukur adalah sebuah perangkat yang memiliki kapasitas antara 5 mL sampai 5 L dan biasanya instrumen ini digunakan untuk mengencerkan zat tertentu hingga batas leher labu ukur. Alat ini biasanya digunakan untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai sampel dengan menggunakan pipet. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadets hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu ( meniskus berada di atas garis leher ).
Sebelum menggunakan instrumen ini, labu ukur harus dicuci terlebih dahulu. Lebih baik menggunakan sabun agar zat – zat yang tidak dibutuhkan dapat terlarut dan akhirnya terbuang. Dalam keadaan bagaimanapun, labu ukur yang kering sangatlah baik untuk digunakan.. Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan suatu larutan dengan molaritas tertentu:
• Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ).
• Ditambahkan air suling.
• Campuran digoyang melingkar ( diolek ) untuk melarutkan zat terlarut
• Setelah ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air dengan hati – hati sampai volume permukaan cairan tepat berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu.
Labu disumbat dan kemudian dikocok agar larutan seragam.



Erlenmeyer

Adapun Fungsi erlenmayer sebagai berikut :
o Untuk menyimpan dan memanaskan larutan
o Menampung filtrat hasil penyaringan
o Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi

Petridish

Cawan Petri atau telepa Petri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Cawan Petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877, yaitu Julius Richard Petri (1852–1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman.
Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir, spora, atau biji-bijian. Cawan Petri plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri, terbuat dari kaca atau plastik yang berbentuk silider, yang digunakan untuk membiakan bakteri. Dan Fungsi dari cawan petri adalah sebagai media perkembangan mikroorganisme.
Obyek glass
Objek glass

Deg glass

Berbentuk persegi panjang yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan preparat agar tampak pada mikroskop.
Deg glas atau disebut sebagai gelas penutup yang berfungsi untuk menutup preparat agar terlindung dari bahan lain.Biasanya berbentuk persegi
Gelas ukur

Mengukur volume larutan, cairan atau tepung pada berbagai ukuran volume
Terbuat dari gelas (polipropilen) atau plastic Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume 10 hingga 2000 mL. Gunakan gelas ukur dengan ukuran volume terdekat. Bila dihendaki pengukuran yang lebih akurat, gunakan pipet volume.
Adapun Fungsi dari gelas ukur adalah untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu.


Eksikator/Desikator







Mendinginkan bahan atau wadah sebelum dilakukan Penimbangan Menyimpan bahan agar tetap dalam kondisi kering Eksikator/desikator berisi desikan. Contoh : silika gel
Eksikator adalah jenis persediaan laboratorium, yang merupakan substansi higroskopnih pengeringan dan penyimpanan.
Dua potong terbuat dari kaca tebal, kaca tuang. Di bagian bawah dari hal ini diambil untuk menempatkan dirinya dalam air, dan di atasnya, tembok porselen dengan bukaan besar, harus dialokasikan bahan kering. Sebagai sarana air pas digunakan: kalsium klorida anhidrat, kobaltovim terkontaminasi silikagel (II) klorida, asam sulfat pekat, fosforov (V) oksida, natrium hidroksida pasir, perklorat Magnesium, natrium sulfat, dan lain-lain.

9.

10.
menggunakan alat tambahan yang berfungsi mendorong tip keluar.

11.Gelas ukur (Graduated Cylinder)








Berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung larutan.

12. Pipet Filler / Rubber Bulb

Filler adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.



BAB. 4 KESIMPULAN

Dari praktikum Pemahaman bentuk dan fungsi alat gelas ini dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Sebelum melakukan penelitian hendaknya kita mengetahui manfaat dasar-dasar instumen dan alat pertanian yang ada di laboratorium.
2. Setiap alat memiiki fungsi dan spesifikasi tersendiri tergantung jenis alat gelasnya, walaupun jenis alatnya memilki fungsi yang sama tetapi spesifikasinya akan berbeda.



DAFTAR PUSTAKA

Nuryono,dkk.2006. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik Untuk fakultas non MIPA.Labolatorium Kimia Dasar FMIPA.UGM.Yogyakarta

Soetarto.E.S,dkk.2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi untuk Fakultas Biologi. Labolatorium Mikrobiologi Fakultas Biologi.UGM.Yogyakarta

Plumer,D.T.1987.An Introduction to Pratical Biochimistry. Tata Mc Grow.Hill Publishing.Company LTD.Bombay-New Delhi

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN

FUNGSI AIR
• Penyusun tubuh tanaman (70%-90%)
• Pelarut dan medium reaksi biokimia
• Medium transpor senyawa
• Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)
• Bahan baku fotosintesis
• Menjaga suhu tanaman supaya konstan


Bentuk Air Tersedia
• Air kapiler, terletak antara titik layu tetap (batas bawah) dan kapasitas lapangan (batas atas)
• Air tidak tersedia, air higroskopis (kurang dari titik layu tetap) dan air gravitasi (di atas kapasitas lapangan)

Air pada Kap. Lapangan Menguntungkan
• Adanya imbangan antara pori makro dg mikro
• Sebagian besar nutrisi dalam bentuk terlarut
• Permukaan akar memiliki luasan terbesar untuk menjalankan proses difusi ion dan aliran masa ion

Air Membatasi Pertumbuhan
• Jumlahnya terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi
• Jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman kekeringan
• Diperlukan upaya pengaturan lengas tanah supaya optimum, melalui pembuatan saluran drainase (mencegah terjadinya genangan) maupun saluran irigasi (mencegah cekaman kekeringan)
• Air hujan dan irigasi masuk ke tanah lewat infiltrasi, mengisi pori mikro tanah, tertahan sebagai lengas
• Air tanah memiliki energi kinetik dan potensial
• Energi kinetik sangat rendah, bergerak sangat lambat
• Energi potensial tinggi, penjumlahan dari potensial gravitasi, potensial matrik, potensial tekanan, dan potensial solut
• Status air tanah digambarkan oleh kandungan lengas
• Status air tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah
• Tanah lempung menyimpan air lebih banyak daripada tanah pasir, kekeringan di tanah lempung terjadi lebih lambat


Kapasitas Lapangan
• Seluruh pori mikro terisi air
• Batas atas air tersedia bagi tanaman
• Diukur berdasarkan kandungan lengas setelah tanah jenuh dibiarkan bebas terdrainasi selama 2 – 3 hari
• Cara lain: ditentukan pada tanah jenuh yang mengalami tekanan pada 0.01 Mpa (pasiran) – 0.033 Mpa (lempungan)


Titik Layu Tetap
• Air yang ada berupa air higroskopis
• Batas bawah air tersedia
• Ditentukan dengan mengukur kandungan lengas pada saat tanaman indikator layu, dan tidak dapat segar kembali setelah dibiarkan semalam di udara basah
• Cara lain: dengan mengukur kandungan lengas dari tanah jenuh setelah diberi tekanan 1.5 Mpa di alat piring tekan
• Titik layu tetap bukan merupakan tetapan tanah, lebih merupakan tetapan tanaman
• Titik layu tetap lebih tergantung pada tekanan turgor sel-sel tanaman. Tekanan turgor dipengaruhi oleh komponen osmotik daun, cuaca yang mempengaruhi transpirasi dan komponen yang mempengaruhi ketersediaan air tanah
• Tidak ada batas bawah ketersediaan air yang tegas untuk berbagai tanaman


Genangan
• Kandungan lengas tanah di atas kapasitas lapangan
• Menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
• Dampak genangan: menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi)
• Pada kondisi genangan, < 10% volume pori yang berisi udara
• Sebagian besar tanaman pertumbuhan akarnya terhambat bila < 10% volume pori yang berisi udara dan laju difusi O2 kurang dari 0.2 ug/cm2/menit
• Keadaan lingkungan kekurangan O2 disebut hipoksia, dan keadaan lingkungan tanpa O2 disebut anoksia (mengalami cekaman aerasi)
• Kondisi anoksia tercapai pada jangka waktu 6 – 8 jam setelah genangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme
• Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa di tanah lebih cepat habis bila ada tanaman
• Laju difusi O2 di tanah basah 20000 kali lebih lambat dibandingkan di udara
• Laju penurunan O2 dipengaruhi oleh tekstur tanah
• Pada tanah pasiran, kehabisan O2 terjadi pada 3 hari setelah tergenang sedangkan pada tanah lempungan terjadi < 1 hari, porositas lempungan lebih rendah daripada pasiran
• Penurunan O2 dipercepat oleh keberadaan tanaman di lahan, akar tanaman menyerap untuk respirasi
• Akar tanaman legum berbintil memerlukan O2 enam kali lebih banyak dibandingkan yang dibuang bintilnya (30 : 4.3 ul O2/g/menit)
• Genangan selain menimbulkan penurunan difusi O2 masuk ke pori juga akan menghambat difusi gas lainnya, misal keluarnya CO2 dari pori tanah. CO2 terakumulasi di pori, pada tanah yang baru saja tergenang 50% gas terlarut adalah CO2, sebagian tanaman tidak mampu menahan keadaan tersebut
• dampak kelebihan konsentrasi CO2 mempunyai pengaruh lebih kecil dibandingkan defisiensi O2
• Genangan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
• Struktur tanah rusak, daya rekat agregat lemah, penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah basa, perubahan daya hantar dan kekuatan ion, perubahan keseimbangan hara
• Tanaman yang tergenang menunjukkan gejala klorosis khas kahat N
• Kekahatan N terjadi karena penurunan ketersediaan N maupun penurunan penyerapannya
• Pada kondisi tergenang ketersediaan N dalam bentuk nitrat sangat rendah karena proses denitrifikasi, nitrat diubah menjadi N2, NO, N2O, atau NO2 yang menguap ke udara
• Pada proses denitrifikasi, nitrat digunakan oleh bakteri aerob sebagai penerima elektron dalam proses respirasi
• Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan dari timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo, Ni, Zn, Pb, Co
• Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N
• Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan
• Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis
• Pada tanaman legum, genangan tidak hanya menghambat pertumbuhan akar maupun tajuk juga menghambat perkembangan dan fungsi bintil akar
• Fungsi bintil akar terganggu karena terhambatnya aktifitas enzim nitrogenase dan pigmen leghaemoglobin, kemampuan fiksasi N2 akan menurun
• Tanaman kedelai termasuk tanaman yang tahan genangan, mampu membentuk akar adventif dan bintil akar pada akar tersebut, efek genangan akan hilang begitu akar adventif terbentuk
• Pengaruh genangan pada tajuk tanaman: penurunan pertumbuhan, klorosis, pemacuan penuaan, epinasti, pengguguran daun, pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim di batang.
• Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Fase yang peka genangan: fase perkecambahan, fase pembungaan, dan pengisian
• Genangan pada fase perkecambahan menurunkan jumlah biji yang berkecambah (perkecambahan sangat memerlukan O2)
• Genangan yang terjadi pada fase pembungaan dan pengisian menyebabkan banyak bunga dan buah muda gugur

MAKALAH ETIKA LINGKUNGAN HUBUNGAN TINDAKAN MANUSIA (negatif) DENGAN LINGKUNGAN ”ILLEGAL LOGGING”

MAKALAH
ETIKA LINGKUNGAN
HUBUNGAN TINDAKAN MANUSIA (negatif) DENGAN LINGKUNGAN
”ILLEGAL LOGGING”


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris, yang mana terdiri dari daratan dan perairan yang luas. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Indonesia dari dulu terkenal merupakan daerah yang subur (daratan). Banyak sekali daerah daratan daripada negara kita ini yang dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan juga perkebunan, hal ini karena daratan indonesia terkenal subur sehingga baik untuk dikembangkannya sektor tersebut. Namun semakin hari keadaan negeri kita semakin banyak mengalami berubah. Seiring dengan perkembangan teknologi industri, banyak lahan-lahan pertanian dan perkebuanan yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industri dan juga perkotaan. Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan pun semakin sempait, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang mulai tercemar dengan limbah dan tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah kita. Banyak sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa dikatakan vegetasi yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan gundul. Ini semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang bertanggung jawab.
Pada dasarnya semua yang kita lakukan akan kembali kepada kita semua kelak. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah pasti menjadi penyebab mengapa banyak sekali terjadi bencana alam seperti halnya lonsor, banjir, dls. Penebangan hutan yang tidak mengikuti prosedur tebang pilih menjadi hal yang paling mendasar yang menyebabkan daerah hutan kita yang seharusnya lebat dengan pepohonan menjadi kering keontang. Dari hal tersebut, banyak sekali yang merasakan danpaknya baik secara langsung maupun tidak. Banyak hewan-hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini karena mereka tidak lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka. Mereka juga kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian kita. Jika kita sadar, manusia sering durugikan karena akibat ulahnya sendiri. Tidah hanya hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan adalah alam semesta ini. Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca banjir, longsor, dls yang terjadi di daerah sekitar kita ini.

1.2 Permasalahan
Dari penjelasan di atas, sudah jelas sekali banyak hal-hal yang akan merugikan semuanya, tidak hanya hewan dan tanaman tetapi manusia juga akan dirugikan nantinya. Untuk itu, bagaimana danpak dari hubungan manusia dan alam yang tidak terjalin dengan baik dalam kehidupan.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini antaralain :
1. untuk mengetahui bagaimana hubungan yang tidak baik yang terjalin antara manusia dan alam
2. untuk mengetahui danpak dari hubungan tersebut dalam kehidupan














BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Isu penebangan liar atau illegal logging diangkat lagi oleh Presiden Megawati Soekarnoputri saat menghadiri Peringatan 10 Tahun Pusat Penelitian Hutan Internasional (Cifor) di Bogor (Kompas 9 September 2003). Isu penebangan liar semakin marak belakangan ini. Dan, para pemerhati berupaya mengaitkannya dengan dampak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997.
Upaya menjustifikasi kegiatan penebangan liar, sebagai sebuah usaha yang mudah untuk memperoleh uang dan menghubungkannya dengan krisis moneter, merupakan jawaban yang tidak menyelesaikan masalah, tetapi menambah kekisruhan di sektor itu sendiri. Sejumlah persoalan timbul ketika penggunaan terminologi "ilegal" dan "legal" dalam setiap kasus yang bernuansa legalistis. Kadar dan standar formal begitu kental dalam mengidentifikasi kasus penebangan liar ini. Semua pihak mafhum bahwa ketika pengaplikasian kata yang berbau legalistis diterapkan, pilar hukum yang dibakukan dengan sendirinya akan menafikan realitas yang ada; yang tidak dikategorikan dalam bingkai hukum formal.
Konsekuensinya, pertarungan antara yang bersifat "de jure" dan "de facto" menjadi semakin mengkristal. Dengan demikian, apabila kita mempergunakan jalur berpikir ini, akan timbul pertanyaan: siapa yang dikategorikan sebagai pelaku legal dan ilegal dalam kasus penebangan liar ini. Penebangan liar "…occur right through the chain from source to costumer, from illegal extraction, illegal transport and processing through to illegal export and sale, where timber is often laundered before entering the legal market". Rujukan hukum ini serta merta menerpa para pelaku, terutama masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar hutan, yang hidupnya sangat bergantung dari hasil-hasil hutan (kayu dan non-kayu). Kelompok marjinal akan selalu menjadi kambing hitam dan sasaran penindakan dalam setiap kasus penebangan liar.
Maraknya praktik penebangan liar mendorong berbagai badan nasional (LSM) dan internasional (antara lain CGI) mengkritisi upaya penanganan kasus ini. Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, lemahnya penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi di luar kawasan tebangan. Tingginya permintaan terhadap kayu di dalam dan luar negeri tidak sebanding dengan kemampuan penyediaan industri perkayuan (legal). Akibat dari ketimpangan antara persediaan dan permintaan, ikut mendorong penebangan liar di taman nasional dan hutan konservasi.
Kondisi ini diperparah lagi dengan tumbuhnya industri kayu tanpa izin dekat lokasi penebangan dan penimbunan kayu (log ground); di mana transaksi jual beli kayu tanpa dokumen berlangsung. Padahal, perangkat hukum seperti KUHP Pasal 50 dan Pasal 178 dan UU Nomor 41 Tahun 1999 cukup efektif untuk menjerat para pemilik, penyimpan, dan pembeli kayu tanpa dokumen, dengan sanksi Rp 5 miliar atau dipenjarakan selama 10 tahun. Praktik KKN di sektor kehutanan membuat peta penyelesaian penebangan liar makin semrawut.
Tingginya produksi kayu gelondongan (log) dari 41 hingga 56 juta meter kubik pada tahun 1998, salah satu penyebabnya adalah bermunculannya kayu dari hasil penebangan liar, yang diperkirakan berjumlah 70 persen. Kasus penebangan liar di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, meresahkan, sebab fauna dan flora yang sangat dilindungi di kawasan hutan dataran rendah ini akan ikut musnah. Kehancuran hutan sebab penebangan liar terjadi juga di Taman Nasional Leuser, Taman Nasional Kerinci-Seblat, dan Taman Nasional Gunung Palung. Dampaknya (juga perusakan hutan dengan cara lainnya) adalah: musnahnya berbagai fauna dan flora, erosi, konflik di kalangan masyarakat, devaluasi harga kayu, hilangnya mata pencaharian, banjir dan rendahnya pendapatan negara dan daerah dari sektor kehutanan, kecuali pemasukan dari pelelangan atas kayu "sitaan" dan kayu "temuan" oleh pihak terkait. Hingga tahun 2002, setiap tahun negara dirugikan Rp 30,42 triliun dari penebangan liar dan sekitar 50 persen terkait dengan penyelundupan kayu ke luar negeri. Selama ini, praktik penebangan liar dikaitkan dengan lemahnya penegakan hukum, di mana pihak penegak hukum hanya berurusan dengan masyarakat lokal atau pemilik alat transportasi kayu.
Untuk para cukong kelas kakap yang beroperasi di dalam dan di luar daerah tebangan, masih sulit untuk menjerat mereka dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Kepemilikan kayu "tak berdokumen" di log ground sepanjang aliran sungai, tempat penimbunan sampai ke penggergajian, sulit dilacak sebab rumitnya jaringan serta ketidakmampuan aparat untuk menindak para pelaku. Apabila pemerintah saat ini tak berdaya, fokus kajian terhadap praktik penebangan liar perlu dicari dalam setiap regulasi pusat dan daerah. Sejak kebijakan otonomi daerah (Otda) diberlakukan tahun 2001, khususnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, setiap daerah melirik pada potensi daerah bernilai ekonomis yang tersedia. Eksploitasi eksesif terhadap sumber daya alam yang tersisa; mendorong dikeluarkannya regulasi yang kadang kala tumpang tindih antara pusat dan daerah. Pemerintah pusat, di satu sisi, tetap mempertahankan kendali atas hak (izin) pengelolaan hutan. Bersamaan dengan itu, pemerintah daerah mengeluarkan peraturan daerah (perda) untuk kepentingan daerahnya. Kontroversi penyusunan regulasi serupa juga terjadi antara kebijakan provinsi dan kabupaten.
Menurut John Haba Peneliti PMB-LIPI dari Jakarta bahwasanya tumpang tindih regulasi sebab kebutuhan dan disparitas interpretasi telah ikut mendorong eksploitasi sumber daya alam termasuk sektor kehutanan. Tekanan hidup terhadap masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan mendorong mereka untuk menebang kayu baik untuk kebutuhan sendiri atau untuk kebutuhan pasar melalui tangan para pemodal. Permainan dokumen, lazim disebut "dokumen terbang", untuk melegalkan status kayu ilegal dapat dipertimbangkan sebagai salah satu faktor sulitnya memberantas kegiatan penebangan liar. Oleh sebab jaringan penyelundupan dan penjualan kayu ilegal juga marak ke luar negeri (Inggris, Singapura, Malaysia, dan Cina), maka kerja sama dengan 12 negara asing perlu ditingkatkan. Kebijakan moratorium yang pernah dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan adalah terapi sesaat dan idak selalu menolong industri perkayuan; bahkan akan membuat stagnan kegiatan industri kayu serta menurunnya pendapatan negara dari sektor kehutanan. Penebangan liar tidak cukup dminimalkan dengan imbauan dan surat keputusan. Mata rantai panjang mulai dari penataan tata ruang, tata wilayah dan penggunaan lahan, program pemberdayaan masyarakat, jaminan bagi hak-hak hidup dan berusaha untuk masyarakat (adat). Kerja sama multilateral dengan lembaga swadaya masyarakat, aparat keamanan, polisi hutan, pemerintah, dan masyarakat (adat) adalah salah satu cara terbaik untuk meminimalkan praktik penebangan liar.
Hutan Aceh dengan luas kurang lebih 3,5 juta hektare merupakan bagian dari hutan tropis dunia. Setiap tahunnya hutan Aceh mengalami pengurangan luas, dan diperkirakan kurang lebih satu juta hektare hutan Aceh hilang akibat praktek ilegal yang tidak terkendali. Luas hutan Aceh tiap tahun terus mengalami pengurangan luas akibat deforestrasi yang mencapai kurang lebih 20.796 hektare per tahun. Sampai tahun 2006 angka laju pengurangan luas hutan telah mencapai kurang lebih 374.327 hektare. Selain aktivitas illegal logging, laju kerusakan hutan juga disebabkan oleh konversi kawasan hutan menjadi peruntukkan infrastruktur jalan dan prasarana, pembukaan jalan jantho menuju keumala telah mengkonversi cagar alam hutan pinus Jantho dan pembangunan markas Satuan Brimob di Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah Intan di kawasan Seulawah. Kondisi lingkungan hutan di Aceh juga diperparah dengan meningkatnya hotspot (titik api), 518 titik api menjadi 1.163 titik api pada tahun 2006. kebakaran hutan dan lahan dari tahun 2001 sampai dengan 2006 ini, telah menghanguskan areal seluas 403. 524 ha dari 3.057 titik api.
Kerusakan hutan di Aceh ini juga dipicu oleh maraknya aktivitas penambangan galian C (pasir, batu dan kerikil), pengerukan galian C ini juga menyebabkan tingginya kecepatan arus sungai dan menyebabkan tingginya tingkat erosi pada bibir sungai. DAS Krueng Aceh merupakan salah satu dampak dari ilegal loging, akibat dari aktivitas pengerukan pasir, batu dan kerikil, selain itu DAS-DAS kecil di sepanjang pantai barat juga tidak luput dari pengerukan (DAS Lhoong) serta dataran sekitar DAS Krueng Aceh dan pesisir utara di kawasan Lambaro, Montasik, Baitussalam dan Krueng Raya.
Kerusakan kawasan hutan di hulu dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di hilir, telah menjadikan Provinsi Aceh sebagai langganan banjir dan longsor, terutama Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Barat dan Aceh Jaya. Tahun 2006, tercatat 39 kali bencana banjir dan longsor atau 3-4 kali dalam satu bulan. Banjir dan longsor itu merusak 249 rumah, 22 fasilitas umum, 211 km jalan, 12 jembatan, 74 ha sawah, 101 ha perkebunan rakyat, 5 bendungan, 2.573 meter saluran air, 5 buah bendungan besar, 71 meter tanggul dan 20 orang meninggal dunia. Kerusakan luas dan tutupan kawasan hutan Aceh ini juga berpengaruh terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Aceh, kurang lebih 46,40 persen atau 714.724,38 ha DAS di Provinsi Aceh mengalami kerusakan dari 1.524.624,12 ha total luas DAS di Aceh.
Bencana ini belum termasuk banjir bandang yang melanda tujuh wilayah di Provinsi Aceh pada penghujung tahun lalu. Deklarasi tentang perubahan iklim yang ditanda tangani oleh Gubernur Pemerintahan Aceh, Papua Barat, dan Papua di Nusa Dua Bali pada tanggal 27 April 2007 lalu, merupakan tanda dimulainya keterikatan ketiga Provinsi tersebut untuk ber-komitmen menjaga tutupan hutan yang masih tersisa.














BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada dasarnya hubungan yang terjalin antara manusia dan alam dapat dibagi menjadi hubungann manusia dengan alam yang merusak atau merugikan dan yang menguntungkan atau dengan kata lain ada yang nrgatif dan positif. Ilegal logging atau pembabatan hutan secara liar merupakan salah satu contoh hubungan yang merusak lingkungan atau alam. Salah satunya yang terjadi di Aceh sana, akibat pembalakan hutan Aceh sering dilanda bencana.
Pada dasarnya, bencana yang terjadi pada lingkungan terrestrial disebabkan oleh dua kegiatan, yaitu kegiatan alam dan kegiatan manusia. Kegiatan alam memang terjadi secara alami dan tidak dikendalikan oleh manusia. Bencana yang ditimbulkannya bisa langsung disebut bencana alam. Kegiatan manusia tentunya melibatkan dan dikendalikan oleh manusia, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Beberapa kegiatan manusia yang pada akhirnya sangat berpotensi menimbulkan bencana adalah penambangan, penebangan hutan, pembangunan permukiman, pengubahan fungsi lahan (dari daerah resapan ke pertanian), serta pembakaran lahan dan hutan.
Walaupun terdapat dua faktor penyebab, masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun seringkali mengesampingkan kenyataan bahwa kegiatan manusia dapat memicu terjadinya bencana. Masalahnya, bencana akibat kegiatan manusia:
1) lebih mirip dengan bencana yang disebabkan oleh kejadian alam daripada disebabkan oleh kegiatan manusia; misalnya, banjir bandang,
2) tidak terlihat langsung secara fisik atau dampaknya tidak terjadi langsung setelah kegiatan dilaksanakan, karena masih merupakan potensi; misalnya, hilangnya sumber air, turunnya muka air tanah/sumur (akibat penambangan), meluapnya air pada dataran rendah (akibat pengurugan),
3) menimbulkan dampak ikutan yang tidak disadari secara langsung oleh manusia; misalnya, hilangnya plasma nutfah, turunnya biodiversitas.
Kerusakan lingkungan secara bertahap (sedikit demi sedikit) menjadi ciri dampak dari kegiatan manusia. Gejala inilah yang sering tidak disadari atau bahkan diabaikan. Beberapa di antaranya adalah:
1) tidak adanya vegetasi atau berkurangnya tutupan lahan yang selanjutnya akan berdampak pada meningkatnya erosi dan sedimentasi di daerah rendah atau timbulnya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau,
2) berubahnya bentang lahan atau kondisi tanah yang dapat menimbulkan penurunan muka air tanah atau pemerosotan nilai konservasi,
3) hancurnya lahan gambut yang dapat mengganggu sistem hidrologi atau mengurangi peresapan air,
4) meluasnya sebaran atau pekatnya kabut asap yang pada akhirnya meningkatkan korban penderita infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
Contoh nyata dari kasus kerusakan hutan yang terkenal penebangan hutan daerah resapan di daerah bogor, hal ini mengakibatkan banjir besar di Jakarta pada tahun 2002. Sumber dampak yang sering disebut-sebut adalah adanya perubahan fungsi kawasan di daerah Puncak (Bogor) dari kawasan hutan atau perkebunan teh menjadi permukiman, vila, atau resor-resor wisata, padahal daerah ini merupakan daerah resapan air dan bahkan merupakan hulu Sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta. Pada sisi lain, penyebutan sumber dampak ini ternyata menghilangkan perilaku sebagian besar penduduk Jakarta sendiri sebagai sumber buntunya sistem pembuangan (karena membuang sampah langsung ke sungai) dan hilangnya daerah tampungan air berupa situ, tasik, atau danau kecil (karena pengurugan daerah tampungan tersebut untuk permukiman, pabrik, atau keperluan ekonomi lainnya).
Sama halnya dengan kasus diatas kebanyakan kerusakan-kerusakan yang terjadi di Aceh adalah akibat banjir yang terjadi karena hutan didaerah hulu dan hilir daerah aliran sungai mengalami kerusakan akibat adanya penebangan-penebangan liar oleh masyarakat didaerah tersebut. Kerusakan hutan di Aceh juga dipicu oleh maraknya aktivitas penambangan galian C (pasir, batu dan kerikil), pengerukan galian C ini juga menyebabkan tingginya kecepatan arus sungai dan menyebabkan tingginya tingkat erosi pada bibir sungai. DAS Krueng Aceh merupakan salah satu dampak dari ilegal loging, akibat dari aktivitas pengerukan pasir, batu dan kerikil, selain itu DAS-DAS kecil di sepanjang pantai barat juga tidak luput dari pengerukan (DAS Lhoong) serta dataran sekitar DAS Krueng Aceh dan pesisir utara di kawasan Lambaro, Montasik, Baitussalam dan Krueng Raya.





























BAB 4. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1) Pada dasarnya hubungan yang kurang baik antara manusia dengan alam terjadi karena ada faktor keinginan manusia untuk memenuhi kebituhannya. Namun, karena sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas maka terjadi eksploitasi-eksploitasi yang berlebihan yang nantinya berdampak pada kerusakan alam
2) Adapun danpak dari pada kegiatan manusia yang merusak lingkungan utamanya hutan banyak sekali, seperti banjir, longsor, adanya hewan-hewan liar yang menyerang pemukiman yaitu areal pertanian karena sudah tidak ada lagi makanan yang tersisa di hutan akibat pembalakan liar, dan masih banyak lagi lainnya. Dari situ manusia nantinya juga akan merasa dirugikan oleh perbuatannya sendiri.
Sesuatu yang dilakukan oleh manusia akan kembali kepada manusia itu sendiri.















DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. Dampak Illegal Logging di Aceh. http://www.acehpedia.org/Dampak_Illegal_Logging_di_Aceh. [13 April 2009]

B. Post. 2005. Penambangan Pasir Resahkan Warga. Banjarmasin Post 24 Oktober 2005: 15 (kolom 1-3).

Haba, John. 2005. Illegal Logging", Penyebab dan Dampaknya. PMB-LIPI. Jakarta

Kurnain, A. Soendjoto, M A. 2005. Kerusakan Dan Bencana Lingkungan Terrestrial Di Kalimantan Selatan Serta Pencegahan Dan Penanggulangannya. Lembaga Penelitian, Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin

Soendjoto, M.A. 2004. Selaraskan Hidup Dengan Alam. Banjarmasin Post 13 Oktober 2004: 20 (kolom 2-5).

Proses Pembentukan Karbohidrat

Proses Pembentukan Karbohidrat
Dalam kehidupan sehari-hari tumbuhan dalam mendapatkan makanan berupa karbonhidrat tumbuhan harus mengolah bahan baku yang ada seperti H2O dan CO2, dengan bantuan sinar matahari dan organ-organ yang terlibat didalamnya seperti klorofil sebagai penangkap cahaya, mereka merupakan rangkaian suatu proses yang dinamakan Fotosintesis.
Didalam pemilihan bahan baku hasil tanaman yang tepat harus memperhatikan dari segi kandungan karbohidrat. Bahan baku hasil tanaman yang baik memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sebagai sumber kalori bagi tubuh. Untuk mengetahui apakah bahan baku tersebut mengandung karbohidrat yang tinggi atau tidak dapat dipelajari dari sifat fisiologi dalam hal proses pembentukan karbohidrat.Sifat fisiologi tersebut khususnya di miliki tumbuhan yaitu kemampuan untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk di ubah menjadi bahan organik serta di asimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini disebut fotosintesis dan hanya berlangsung jika cukup cahaya. Fotosintesis atau asimilasi zat karbon adalah suatu proses di mana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil di ubah menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya (energi sinar-energi kimia( karbohidrat ).
Dalam peristiwa respirasi energi kimia tersebut di ubah menjadi tenaga kerja rangkaian proses kehidupan , di samping melakukan asimilasi zat karbon ada asimilasi zat lemas (nitrogen) peristiwa tersebut berlangsung tanpa adanya cahaya di sebut kemosintesis yang merupakan langkah pertama dalam rangkaian proses pembentukan protein. Protein tidak mungkin di susun tanpa adanya hasil fotosintesis sehingga fotosintesis itu merupakan kegiatan pokok reaksi kimia yaitu 6CO2+6H2O cahaya-klorofil menghasilkan C6H12O6+6O2 (karbohidrat). Kebalikan dari fotosintesis adalah respirasi/pernapasan yaitu suatu proses pembongkaran. 6CO2+6HO2 klorofil+ cahayaC6H12O6+6HO2.
Dalam bagian daun terdapat beberapa organel sel yang memiliki peranan masing-masing peranan tersebut berbeda namun memiliki keterkaitan satu sama lainnya, organel tersebut adalah :
1. Mitokondria
Mitokondria befungsi sebagai tempat respirasi (pernapasan) sel.
Respirasi berguna untuk menghasilkan energi dan Mitokondria banyak terdapat pada sel-sel yang memerlukan energi (misalnya sel otot dan sel saraf)
Mitokondria merupakan organel berbentuk lonjong seperti sosis yang berukuran antara 0,2 – 5 mikrometer.
Mitokondria mempunyai membran ganda.
Selain enzim respirasi, di dalam matriks mitokondria juga ditemukan DNA, RNA, dan ribosom.
Ribosom di mitokondria dapat mensintesis protein tanpa dikendalikan oleh DNA Inti.
2. Aparatus Golgi (Kompleks Golgi)
Badan Golgi atau Kompleks Golgi terdapat pada sel hewan dan tumbuhan. Banyak terdapat pada sel-sel kelenjar sebab fungsinya berkaitan dengan proses ekskresi dan sekresi (tergantung zat yang ditranspor).
Badan Golgi berfungsi sebagai alat pengeluran.
3. Ribosom
Ribosom berbentuk agak bulat fan merupakan tempat berlangsungnya sintesis protein.
4. Retikulum endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) merupakan saluran-saluran kecil (pipih) yang saling berhubungan, dibatasi oleh membran yang berstruktur lipoprotein. Fungsi retikulum endoplasmasebagai tempat pembentukan lemak dan menghubungkan inti sel dengan sitoplasma.
5. Sentrosom
Organel sel yang hanya terdapat pada sel hewan.
Fungdi sentrosom adalah membelah sel
6. Plastida
Organel sel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan.
Plastida merupakan bahan hidup yang hanya terdapat pada sel tumbuhan, berpuluh-puluh banyaknya dalam setiap sel. Plastida mempunyai membran ganda. Plastida ada bermacam-macam, antara lain:
(a) Kloroplas (berwarna hijau).
(b) Leukoplas adalah plastida yang tidak berwarna.
(c) Kromoplas adalah plastida yang berwarna selain hijau
7. Nukleus (inti sel)
Inti sel pada umumnya berbentuk bulat atau lonjong dan letaknya agak ketengah.
Inti sel berfungsi sebgai pusat pengaturan seluruh kegiatan sel misalnya mengatur pembelahan sel dan perkembangan sel.
Di dalam nukleus terdapat :
• Nukleolus (anak inti sel)
Nukleus berfungsi sebagai pusat pengendali proses-proses selular, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi sel.
• Nukleoplasma merupakan cairan kental yang kaya akan protein.
• Benang-benang kromatin yang mengandung materi genetik yaitu DNA

PENGARUH PEMBUNGKUSAN TERHADAP PERKEMBANGAN JAMBU BIJI

PENGARUH PEMBUNGKUSAN TERHADAP PERKEMBANGAN JAMBU BIJI

Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebarke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut
juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu. Jambu tersebut kemudian dilakukan persilangan melalui stek atau okulasi dengan jenis yang lain, sehingga akhirnya mendapatkan hasil yang lebih besar dengan keadaan biji yang lebih sedikit bahkan tidak berbiji yang diberi nama jambu Bangkok karena proses terjadinya dari Bangkok.
Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif lebih tinggi diantaranya:
1) Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).
2) Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar). Setelah diadakan percampuran dengan jambu susu rasanya berubah asam-asam manis.
3) Jambu merah.
4) Jambu pasar minggu.
5) Jambu sari.
6) Jmabu apel.
7) Jambu palembang.
8) Jambu merah getas.
Manfaat jambu buji yakni:1) Sebagai makanan buah segar maupun olahan yang mempunyai gizi dan mengandung vitamin A dan vitamin C yang tinggi, dengan kadar gula 8%. Jambu biji mempunyai rasa dan aroma yang khas disebabkan oleh senyawa eugenol.2) Sebagai pohon pembatas di pekarangan dan sebagai tanaman hias.3) Daun dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat tadisional.4) Kayunya dapat dibuat berbagai alat dapur karena memilki kayu yang kuat dan keras.
Jambu biji dibudidayakan di negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan lain-lain. Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan sentra penanaman buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun-tahun terakhir ini jambu biji telah berkembang dan kemudian muncul jambu Bangkok yang dibudidayakan di kota Kleri, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Syarat tumbuh tanaman ini adalah:
1) Dalam budidaya tanaman jambu biji angin berperan dalam penyerbukan, namun angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan pada bunga.
2) Tanaman jambu biji merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis dengan intensitas curah hujan yang diperlukan berkisar antara 1000-2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
3) Tanaman jambu biji dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23-28 derajat C di siang hari. Kekurangan sinar matahari dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna (kerdil), yang ideal musim berbunga dan berbuah pada waktu musim kemarau yaitu sekitar bulan Juli- September sedang musim buahnya terjadi bulan Nopember-Februari bersamaan musim penghujan.
4) Kelembaban udara sekeliling cenderung rendah karena kebanyakan tumbuh di dataran rendah dan sedang. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah, berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk pertumbuhan tanaman jambu bij.

Rumusan masalah
 Apa pengaruh pembungkusan terhadap perkembangan jambu biji?
 Apa yang terjadi pada jambu biji yang telah bungkus?
 Perbedaan apa yang terjadi pada jambu biji yang dibungkus dan tidak dibungkus

Metodologi
Bahan dan alat:
 Kertas
 Plastik
 Satples/pengikat

Cara kerja
1. Memilih buah yang akan dibungkus
2. Measangkam kerts pada jambu biji
3. Kertas di staples atau di ikat agar tidak lepas dari jambu biji
4. Setelah dibungkus dengan kertas kemudian ditutup dengan plastik
5. Menunggu beberapa minggu dan kemudian liat hasilnya

Melakukan pengendalian hama penyakit pada pohon (embun upas)dan pembungkusan buah.
- Introduksi tanaman baru 8000 pohon (tahun 2005), 2500 pohon (tahun 2006) dan 5800 pohon (tahun 2007, belum ditanam).
- Jumlah pohon yang mati sebanyak 2800 pohon karena kekeringan/ kemarau panjang.
-Jumlah pohon hidup sebanyak 7700, dan sudah mulai berbuah sampai dengan november 2007 sebanyak 1200 kg, sedangkan pohon existing (umur 5-10 tahun) menghasilkan 9000 kg.
- Pendampingan perbibitan jambu biji(telah menyemaikan bibit batang bawah sebanyak 7000 polybag, berumur 6 bulan
Mengadakan gerakan pengendalian lalat buah di 3 kelompok tani dengan
menggunakan sex pheromone dan pembungkusan buah. Gerakan ini diinisiasi oleh tim Prima Tani dan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Sebagai langkah awal petani di beri bantuan alat dan bahan pengendali lalat buah untuk dipasang di masing-masing kebun kelompok. Untuk selanjutnya petani secara swadaya memasang sendiri perangkap lalat buah di kebun masing-
Masing
untuk mengurangi serangan lalat buah. Pembungkusan buah dilakukan saat buah berumur 1,5-2 bulan. Setiap bungkus berisi satu buah belimbing. Disamping itu juga digunakan perangkap (trap) yang berasal dari buah belimbing itu sendiri yaitu dengan cara tidak membungkus beberapa buah belimbing dalam satu pohon terutama buah yang jelek. Drew (1987) melaporkan bahwa lalat buah merupakan hama yang sangat polipag artinya dapat menyerang pada berbagai jenis buah-buahan antara lain mangga, belimbing, jambu air, jambu biji, nangka, jeruk, durian, dan melon. Sarwono (2002) melaporkan bahwa hama lalat buah persentase serangannya sangat tinggi pada beberapa jenis tanaman buah- buahan antara lain blimbing (> 70%), jambu air (> 70 %), jambu biji(< 30 %), mangga ( 30 – 70 %). Pada tanaman tertentu apabila tidak dikendalikan lalat buah dapat menyebabkan gagal panen. Banyak berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan serangan lalat buah antara lain pemakaian zat atraktan yaitu methyl-eugenol, tanaman perangkap (selasih), musuh alami (parasitoid), pemblongsongan buah, dan pemakaian insektisida nabati, dan
insektisida kimia. (Martono, 1996; Sutomo 2002; Yao 1985 dalam Sarwono 2003; Sunari 2003 komunikasi pribadi; Subiyakto 2003 komunikasi pribadi). Berdasar pada tingkat serangan dan kelimpahan populasi larva lalat buah maka tanaman belimbing Tasikmadu tampaknya mempunyai tingkat ketahanan yang moderat terhadap hama lalat buah. Walaupun demikian petani pemilik tanaman belimbing Tasikmadu tidak berani mengambil resiko terhadap serangan lalat buah, yaitu dengan melakukan kegiatan pemblongsongan buah. Wilayah Pengembangan dan Agroekologi Yang Sesuai
DAFTAR PUSTAKA

DR. D. Dwidjo Seputra. 1990.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Ir. L. Widarto. 1995.Perbanyakan Tanaman Dengan Biji. Setek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan Kultur Jaringan. Kanisius. Jakarta.

Ir. Rini Widiarto. 1992.Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta

Ir. Zaenal Abidin. 1990.Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengantar Tumbuh. Angkasa.
Bandung

Rakimen Koesriningsih dan Sri Setyati Haryati. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor

budidaya cabe hibrida

CARA BERBUDIDAYA TANMAN CABE HINGGA PACSA PANEN
Tanaman cabe merupakan salah satu varietas tanaman yang popular dibudidayakan oleh masyarakat tani di daerah kita, Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar.
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam, ada dua langkah persemaian yang biasanya dilakukan oleh petani yaitu penanaman biji langsung pada polybag kecil, atau melalui perendaman ( peram) terlebih dahulu.
Setelah benih cabe tertanam maka setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida , misalnya (Starmyl 25WP dan Victory 80WP) ,sedangkan untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter.
PENGOLAH TANAH
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS .
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.


PEMBUATAN GULUDAN
Dalam berbudidaya tanaman cabe perlu menggunakan guludan karna cabe termasuk tanaman yang tahan terhadap air yang banyak, petani biasanya menggunakan lebar guludan antara 100-110 cm dengan lebar got 50-60 cm. namun hal tersebut bias berubah tergantung keinginan petani, tafsiran musim, dan kondisi lahan atau tanah itu sendiri.
PENGAPURAN DAN PEMUPUKAN
Petani biasanya melakukan pengapuran apabila kondisi tanah terlalu masam tentunya setelah analisis baik balisis secara tradisionah atauppun modern, setelah itu baru melakukan pemupukan dasar, untuk tanman cabe biasanya petani menggunakan NPK , ZA, KCL, SP-36, dan bahan organic sesuai dengan perkiraan kebutuhan yang berasumsi pada kondisi lahan.
PEMASANGAN MULSA
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas. Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak.. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas.
TEKNIK PENANAMAN
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .
Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm. Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam. Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.
PEMELIHARAAN TANAMAN
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian. Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
Berikutnya ialah pewiwilan atau pemangkasan pada bagian daun yang kurang efisien yang dapat menurunkan produksi tanaman, Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.
Berikutnya ialah pegikatan, Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.
PEMUPUKAN SUSULAN
Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK , untuk dosis tergantung atau mengikutoi pertumbuhan tanaman, Biasanya setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Ppemupukan susulan bisa dilakukan dengan kocor, ataupun gejik. Pemupukan gejik yaitu pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, di gejik ada satu lagi pemupukan dapat dilakukan dengan disemprotkan pada daun ,tentunya pupuk daun yang disemprotkan memiliki jenis sendiri dan bukan pupuk seperti NPK, pupuk daun yang dapat dipakai misalnya, greentonik, atonik, superflora dll.
PENGAIRAN
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABE
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah : Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon Thrips, Ulat grayak atau Spodoptera litura , Lalat buah atau Dacus verugenius , Aphids hijau /kutu daun ,Tungau / mite , Nematode puru akar
Ulat Tanah dengan nama latin Agrotis ipsilon, biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter sehari sebelum pindah tanam.
Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec.
Lalat buah gejala awalnya adalah buah berlubang kecil, kulit buah menguning dan kalau dibelah biji cabe berwarna coklat kehitaman dan pada akhirnya buah rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan membuat perangkap dengan sexferomon atau dengan penyemprotan insektisida Winder 100EC dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 cc per liter bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter atau dengan insektisida Cyrotex 75sp dengan konsentrasi 0,3-0,6 g/liter.
Hama Tungau atau mite menyerang tanaman cabe hingga daun berwarna kemerahan, menggulung ke atas, menebal akhirnya rontok. Untuk penengendalian dan pencegahan semprot dengan akarisida Samite 135EC dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 ml / liter air bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Tanaman yang terserang hama thrips, bunga akan mengering dan rontok. Sedangkan apabila menyerang bagian daun pada daun terdapat bercak keperakan dan menggulung. Jika daun terserang aphids, daun akan menggulung kedalam, keriting, menguning dan rontok. Untuk pencegahan dan pengendalian lakukan penyemprotan dengan insektisida Winder 25 WP dengan konsentrasi 100 – 200 gr / 500 liter air / ha atau dengan Winder 100EC 125 – 200 ml / 500 liter air / Ha bergantian dengan insektisida Promectin 18ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter.
Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu. Selain itu kerusakan akibat nematode dapat memudahkan bakteri masuk dan mengakibatkan layu bakteri. Pencegahan yang efektif adalah dengan menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan.
Penyakit yang sering menyerang tanaman cabe diantaranya adalah • Rebah semai, Layu Fusarium, Layu bakteri , Antraknose / patek, Busuk Phytophthora • Bercak daun Cercospora • Penyakit Virus
Penyakit anthracnose buah. Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya semprot dengan fungisida Kocide 54 WDG dengan konsentrasi 1 sampai 2 g / l air bergantian dengan fungisida Victory 80wp dengan konsentrasi 1 – 2 g / liter air.
Penyakit busuk Phytopthora gejalanya adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman dan lama kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada bagian daun, batang maupun buah. Pengendaliannya adalah dengan menyemprot fungisida Kocide 77 wp dengan dosis 1,5 – 3 kg / Ha bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik Starmyl 25 wp dengan dosis 0,8 – 1 g / liter
Rebah semai ( dumping off ) . Penyakit ini biasanya menyerang tanaman saat dipersemaian. Jamur penyebabnya adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik Starmyl 25WP saat dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter.
Penyakit layu fusarium dan layu bakteri pada tanaman cabe biasanya mulai menyerang tanaman saat fase generatif. Untuk mencegahnya dianjurkan penyiraman Kocide 77WP pada lubang tanam dengan konsentrasi 5 gram / liter / lima tanaman, mulai saat tanaman menjelang berbunga dengan interval 10 sampai 14 hari.
Penyakit bercak daun cabe disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici. Gejalanya berupa bercak bercincin, berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai 3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4 gram / liter dengan interval 7 hari.
Penyakit mozaik virus. Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini. Dan sebagai tindakan pencegahan dapat dilakukan pengendalian terhadap hewan pembawa virus tersebut yaitu aphids.
Untuk pencegahan serangan hama penyakit, gunakan benih cabe hibrida yang tahan terhadap serangan hama penyakit dan yang telah diberi perlakuan pestisida. Apabila terjadi serangan atau untuk tujuan pencegahan lakukan aplikasi pestisida sesuai OPT yang menyerang atau sesuai petunjuk petugas penyuluh lapang.
PANEN
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.
PASCA PANEN CABE
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.( sortasi).
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.